Friday, January 9, 2009

logika vs perasaan..

pernahkah kalian merasakan dilemma yg luar biasa karena logika dan perasaan kalian sedang bertempur hebat? dimana masing-masing dari mereka meneriakkan pembenaran serta penghujatan atas dua hal yg berkebalikan?

itulah yg sedang kualami saat ini..

aku sedang berdiri di depan sebuah pintu dengan cat putih yg mulai mengelupas.. pintu itu tampak sederhana, namun aku tahu bahwa apapun yg berada di baliknya tidaklah sesederhana daun pintu yg menyembunyikannya dari pandangan..

di tanganku tergenggam sebuah kunci tembaga.. ya, seseorang dari masa lalu telah memberiku kunci itu dan ia berharap aku mau membuka pintu itu untuk menghadapi apapun yg ada di baliknya.. namun aku hanya bisa terdiam dan berpikir keras mengenai apa yg sebaiknya kulakukan dengan kunci itu, karena aku terlalu takut untuk mencari tahu apa yg menungguku di balik pintu itu..

sembari mematung, aku mengawasi ‘perasaan’ dan ‘logika’ sedang sibuk berdebat seru..

akhirnya ‘perasaan’ berhasil menyemangatiku untuk memasukkan kunci itu ke lubang kunci dan memutarnya perlahan.. namun ketika tanganku telah meraih kenop pintu, tiba-tiba ‘logika’ membentak dan memintaku untuk menjauhi pintu itu.. aku terperanjat dan secara refleks menarik tanganku, beserta kunci, dari pintu.. ketika rasa terkejut mulai memudar dari dalam diriku, aku perlahan mulai membenarkan apa yg baru saja dikatakan ‘logika’..

aku pun melangkah mundur dari depan pintu, tapi masih tetap menatap pintu itu dengan penasaran, berharap pintu itu bisa terbuka sendiri dan memperlihatkan isinya tanpa aku harus melangkah melewatinya..

‘logika’ tersenyum penuh kemenangan, tetapi ‘perasaan’ menatapku dengan sedih..

aku menunduk dan tak berani membalas tatapan ‘perasaan’..

ingatanku kembali pada sebuah peristiwa yg terjadi setahun lalu.. ketika itu aku melakukan sesuatu atas permintaan ‘perasaan’.. yg kulakukan ketika itu sungguh menyakiti diriku, namun aku tetap bertahan karena ‘perasaan’ memintaku demikian sambil berlutut dan menangis.. selama itu ‘logika’ hanya mengawasi kami dengan ekspresi aneh pada wajahnya.. berulang kali ia berusaha menghentikanku, namun entah mengapa aku menulikan telingaku terhadap seruannya, dan tetap melanjutkan apa yg sedang kulakukan, yaitu menyakiti diriku sendiri..

akhirnya ‘logika’ kehilangan kesabaran.. ia menampar pipiku dengan sekuat tenaga.. ‘perasaan’ menjerit, dan aku merasakan rasa sakit yg luar biasa akibat tamparan itu, lebih menyakitkan dibandingkan rasa sakit yg telah kuberikan pada diriku sendiri.. aku jatuh terduduk, terlalu sakit untuk membalas tamparan ‘logika’, juga terlalu lemah untuk kembali melanjutkan apa yg sedang kulakukan sebelumnya..

‘logika’ berteriak marah “kau pikir apa yg sedang kau lakukan?! sampai kapan kau akan menyakiti dirimu sendiri seperti ini?!”

aku mulai menangis sejadi-jadinya..

aku menangisi rasa sakit yg menderaku akibat perbuatanku sendiri, aku menangisi rasa sakit akibat tamparan ‘logika’, aku menangisi ‘perasaan’ yg kini berlutut memelukku sambil tersedu-sedu..

rasa sakit yg diberikan ‘logika’ memang lebih menyiksaku dibandingkan rasa sakit akibat hal yg kulakukan atas permintaan ‘perasaan’, namun menjernihkan pikiranku..

apa yg telah kulakukan?

aku tahu ‘perasaan’ tidak berniat buruk, aku tahu akulah yg sebenarnya bodoh..

aku berdiri, memeluk ‘logika’ dengan penuh terima kasih.. rasa sakit yg telah ia berikan akan selalu membekas, sebagai pengingat bahwa aku pernah melakukan tindakan bodoh, dan sekarang lah saatnya bangkit kembali dari rasa sakit yg kualami..

aku kembali pada masa sekarang, dimana ‘logika’ dan ‘perasaan’ sedang berdiri di sebelah sebuah pintu sederhana dengan cat mengelupas, menatapku dengan ekspresi yg berkebalikan..

‘perasaan’ berkata “tidakkah kau ingin mengetahui apa yg ada di balik pintu ini? mungkin saja di baliknya ada sebuah jalan menuju kebahagiaan yg selalu kau dambakan!”

‘logika’ menggelengkan kepalanya tidak percaya dan membantah “kau gila? kuberitahu kau, apa yg ada di balik pintu ini pernah menyakitimu dengan cara paling menyakitkan yg bisa kaubayangkan! bagaimana kau bisa yakin bahwa hal itu tidak akan menyakitimu lagi? kau tidak boleh membiarkan dirimu merasa sakit, tidak lagi!”

aku menggelengkan kepalaku, berusaha menjernihkan pikiranku..

tanpa sadar, tanganku memainkan kunci tembaga itu.. aku betul-betul tidak tahu apa yg harus kulakukan dengan benda kecil ini.. haruskah kugunakan? atau kubuang saja?

tiba-tiba aku tersentak.. ‘logika’ menghampiriku dan menarik tanganku menjauhi pintu.. “kita pergi saja,” ia berujar tegas, “karena tak ada gunanya tetap di sini.”

langkahku tertahan, mataku menangkap bayangan wajah ‘perasaan’..

wajah itu berkeriut menahan tangis, tampak luar biasa pilu..

“tunggulah dulu,” ia berbisik lirih, “tunggulah dulu, jangan pergi, beri ia sedikit kesempatan.”

aku menggelengkan kepala tak mengerti, “siapa?”

‘perasaan’ menatapku lurus-lurus dan berkata, “dia yg memberimu kunci itu.”

“dia?” aku mengulang, “kenapa aku harus menunggunya?”

“ya! kenapa harus menunggunya?” timpal ‘logika’ dengan sengit. “dia takkan datang! dia terlalu pengecut untuk datang!”

“kumohon,” bisik ‘perasaan’ sedih, “berilah waktu sedikit lagi, kumohon.”

‘logika’ menarik tanganku namun aku tak bergeming, masih menatap ‘perasaan’.. “baiklah,” ujarku tegas, “aku akan memberi sedikit waktu, namun bila ia tak kunjung muncul maka aku akan pergi bersama ‘logika’!”


cerita di atas based on true story, tepatnya cerita di atas lah yg sedang gue alami sekarang, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini.. gue blom tau gmn kelanjutannya, karena waktu yg gue berikan untuk menunggu ‘dia yg memberikan kunci tembaga’ baru akan berakhir nanti malam..

klo dia muncul, maka gue akan memberi sedikit kesempatan pada ‘perasaan’ tapi klo dia tidak muncul, maka gue akan pergi bersama ‘logika’..

untuk kamu yg mungkin ga akan pernah baca tulisan ini, sejujurnya aku pengen menguji keseriusan niat kamu.. kesempatan buat kita berdua untuk bisa bersama mungkin emang udh hampir menghilang, tapi bukan berarti hilang sm sekali.. aku msh menyimpan sedikit harapan, dan klo aja kamu mau datang untuk memperjuangkan sedikit harapan itu, kita bisa bersama-sama memperbesar kesempatan yg ada..

tapi nampaknya kamu lbh memilih untuk menyerah? berarti memang sedangkal itu keseriusanmu, sungguh mengecewakan.. yah pilihan ada di tanganmu, klo kamu ga muncul sampai lewat pukul 12.00 malam ini, aku akan pergi bersama ‘logika’ dan ketika itu terjadi maka kesempatan buat kita berdua untuk bisa bersama akan semakin mendekati titik ketiadaan..

kelanjutan dari cerita di atas akan gue post secepatnya..

tulisan ini juga bisa ditemukan di:

http://www.facebook.com/note.php?note_id=47584301501

http://arumegane.blogs.friendster.com

2 comments:

Unknown said...

Wah rajin bgt de rum nulis spanjang ne...
coba klo lg ngerjain tugas jg serajin ne...
hahaha...
btw Rum sory ak g bs dateng sampe btas waktu yg kmu tentuin...
ak blm bs balik jogja mlm ne...
makany ak titipin kunci rumah tu ke kmu bwt jagain...
hehehe...
ok here comes the serious part...
tp serius Rum, ak cuma nitipin kunci doank kok. kmu g sah sampe ngecek kedalem rumah jg gpp, meskipun klo kmu mw bs lebih bgus se. palagi sampe deskripsiin pager-ny sedetil tu. tar kpan2 ak cat de....

ok2 ne serius bneran...
ak ne td cuma lg iseng buka home facebook, trus ak liat si Leo alias kucing comment ke "paper"mu ne pake "gua". jd terasa janggal ja....piss Cink..;p
trus kebaca de tulisanmu td olehku. Td ak pengen langsung komen di fesbuk tp kok dah rame. y udah ak cari tmpt sepi2 ja de. kan enak tu....

ne sebenerny kpn se ak mw bner2 ngasih komen??
(ak tw tu yg lg da dibenakmu skrg. Harap sabar)

Jd gn Rum...
For me, logic and feelings don't always have to be in the opposite directions. even most of the time they do so. But at least we can use it as one. What I'm trying to say is, you can follow your feeling tells you, and use your logic as the "line maker". Thus, when your feeling brings you too far from where you are and about too cross the line, the logic will be your early warning system. With one condition, as long as your logic is well functioning, then you'll be fine I suppose. I think your decision to give the "key owner" a little chance is the right choice. You have been a peace maker between your logic and feeling. So they don't "VS" each other, for a while at least. I don't know the detail of the problem, but I know it's not easy to deal with. And you have made a great start, so it will probably end with a great finale too...

---------------Fin-----------------

huehehehe....
kykny ak jg g kalah rajin neh...
mang lg berjiwa sotoy ne mlm..
Jd, maafkan kesoktauanku ne y Rum...
klo da yg menyinggung jg harap dimaafin y Rum...
sorry...
Bwt cat pager yg udah mulai mengelupas...dcat lg ja rum...klo bs ganti biru kek biar kliatan adem...hehehe...
Tak tunggu'in kelanjutan critanya...

rumii said...

haha surya bisa aja nih..
terimakasii sudah memberi saran yang bermanfaat, komen yang di facebook rata2 ya cuma "komen" doang dan bukan "saran"..
well he did show up..
and i guess i'll give him a little chance.. doain ya semoga aku mengambil keputusan yg terbaik hehe..
kamu kapan pulang 'sur? si ninis kok ya ndak main2 ke jogja..