Tuesday, May 4, 2010

shutter island.

tadinya saya berencana nulis blogpost ini bsok-bsok alias nunggu mood blogging dateng. well like i said before, i’m such a moody blogger. tapi apa daya insomnia kembali menyerang, dan ketimbang saya menyiksa temen-temen sekost saya tengah malem dengan cara melolong-lolong sambil nonton variety shows korea, mendingan melakukan kegiatan yang lebih sunyi alias menulis blog.

seperti yang kmaren saya bilang di twitter, tema blogpost kali ini adalah tentang film yang baru saya tonton beberapa hari lalu, shutter island.



oke intermezzo sejenak.

ini sebetulnya agak melenceng dari jadwal semula. setelah ngepost tentang MV seoul-nya super junior feat SNSD kmaren, saya sebetulnya berencana mengulas tentang “penyakit” yang udah melanda saya selama sekitar 2-3 minggu terakhir ini, yaitu sujukitis atau lebih spesifiknya kyuhyunkitis. tapi apa daya saya lebih mood mengulas tentang shutter island (see? saya orang yang sangat mudah diperbudak oleh mood) jadii yaa blogpost sujukitis-nya bsok-bsok aja yaa :P

yes, mari kembali ke topik.

shutter island tayang di jogja udah agak lama, sekitar 2 minggu klo ga salah. tapi entah kenapa saya (awalnya) sama sekali ga tertarik buat nonton. seperti yang pernah saya sebutkan di blogpost sebelum-sebelumnya, saya punya geng nonton sendiri dan kita udah punya semacam list “film wajib tonton begitu tayang di jogja”. yap, shutter island tidak termasuk di situ.

salah satu alasan kenapa saya ga tertarik nonton shutter island adalah saya anti film horror dan film barbar. aanyway istilah kerennya film barbar apa sih? pokoknya film yang isinya melibatkan kegiatan-kegiatan seperti silet-menyilet, potong-memotong, gergaji-menggergaji, tusuk-menusuk, congkel-mencongkel (bukan, bukan film tentang kegiatan di bengkel) dan tentu saja berdarah-darah. terakhir saya nonton film sejenis itu adalah rumah dara, itu pun setelah dirayu sedemikian rupa (baca: dipaksa) oleh temen-temen saya yang pecinta horror dan darah. hasilnya? sepanjang film yang keliatan cuma tangan saya doang alias saya nontonnya sambil nutup mata.

back to shutter island.

begitu baca judulnya, yang langsung terbayang di kepala saya adalah film horror yang katanya horror sehorror-horrornya berjudul shutter. jadi asumsi awal saya, shutter island adalah film yang bercerita tentang sebuah pulau yang digentayangi oleh hantu-hantu macam di film shutter. menyuruh saya nonton film semacam itu sama aja kaya’ nyuruh saya ngelus-ngelus ular phyton dengan penuh cinta kasih. ah sekilas info, saya phobia ular.

tapi kemudian mulai banyak komentar-komentar bermunculan di twitter yang menyatakan bahwa shutter island is a must-watch movie! nilainya 9.5 dari 10! mas leo ngganteng bin kasep! dan yang paling penting, itu bukan film horror! woohooo saya pun langsung penasaran. makanya ketika sang bu ketua geng movie-freak, datin, sms ngajak nonton shutter island, saya pun mengiyakan. jadilah geng movie-freak berangkat ke XXI pada suatu siang untuk menonton shutter island.

setelah nonton : rambut saya acak-acakan karena sepanjang film saya gosok-gosok kepala melulu saking bingungnya, muka saya cengok bin linglung, dan kalimat pertama yang saya lontarkan ke temen-temen saya adalah “nama gue beneran lalitya arum kan? kalian semua bukan dokter suruhan institusi kejiwaan atau sejenisnya kan?”

lebay but it’s true.

spoiler alert anyway.

shutter island bercerita tentang seorang mantan tentara yang dulu kerjaannya membantai yahudi pas jaman kejayaan NAZI, dan sekarang bekerja sebagai US marshal, bernama teddy daniels. dia dan rekan barunya, chuck, dikirim ke sebuah pulau bernama shutter island, untuk menyelidiki sebuah kasus yang terjadi di sana. di shutter island sendiri berdiri sebuah institusi yang merupakan gabungan antara rumah sakit jiwa sekaligus penjara untuk menangani orang-orang yang melakukan tindak kriminal karena faktor gangguan kejiwaan. kasus yang dihadapi oleh teddy dan chuck adalah menghilangnya seorang pasien berbahaya bernama rachel solondo dari institusi tersebut.

simpel kan ceritanya? NOT.

sepanjang film diselipi banyak adegan-adegan yang membingungkan, berasal dari masa lalu teddy ketika dia masih jadi tentara, mimpi-mimpi aneh yang dia lihat, dan semuanya berkaitan erat dengan trauma yang dia alami. ditambah lagi bumbu-bumbu dari fakta bahwa dia sedang berada di institusi kejiwaan. nontonnya berasa ikutan sakit jiwa beneran, serius.

dan marilah kita langsung memasuki inti dari blogpost ini.

selesai nonton, saya dan geng movie-freak sempat membahas ulang mengenai film tersebut, gimana sih pemahaman kita terhadap ending dan inti dari film tersebut. kebetulan kita berempat memiliki pemahaman yang sama, jadi so far so good. kita semua pun pulang tanpa membawa beban yang terlalu berat.

beberapa hari kemudian alias tadi malem, saya pergi makan malem dengan dua orang temen saya yang lain, tyta dan regni. mereka berdua juga udah nonton shutter island, jadi saya santai aja membahas soal film tersebut. daaan ternyataaa ... pemahaman kita mengenai inti film berbeda satu sama lain! jeng jeng jeng. kok bisa?

saya dan regni sih masih satu pemahaman. tapi ternyata pemahamannya tyta berbeda 180 derajat. awalnya saya masih yakin klo si tyta yang ngaco dan yang sepikiran ma tyta paling-paling ga ada. klo pun ada ya cuma segelintir. malemnya, saya coba nanya ke irya via BBM karena saya tau dia udah nonton shutter island juga. surprisingly, ternyata dia dan temen-temennya justru sepikiran ma tyta! daaaang! saya pun jadi goyah dan bingung.

oke ini double spoiler alert!

pemahaman pertama (saya, regni, geng movie-freak) : teddy-lah yang sakit jiwa. dia membunuh istrinya sendiri karena istrinya membunuh ketiga anak mereka. pihak rumah sakit jiwa selama ini berusaha menyadarkan teddy bahwa dia sebetulnya bernama andrew laeddis, dan teddy daniels hanyalah tokoh rekaannya belaka karena dia menolak kenyataan bahwa dia telah membunuh istrinya sendiri. sebagai usaha terakhir untuk menyembuhkan teddy, pihak rumah sakit akan mengoperasi otaknya (lupa istilahnya apa, something-tomi apalah gitu) dan klo operasinya sukses dia akan jadi sejenis robot manusia yang ga punya hati lagi. klo operasinya ga berhasil? tinggal menambahkan gelar “almarhum” di depan nama teddy. di akhir film, teddy sebetulnya sadar bahwa dia adalah andrew laeddis tapi tetap berpura-pura gila agar dibawa ke meja operasi untuk mengakhiri hidupnya, agar dia mati ketika dia masih “sadar” bahwa dia andrew dan bukannya teddy.

pemahaman kedua (tyta, irya, temen-temennya irya) : teddy justru orang paling waras di pulau itu. dalam artian semua yang disebutkan di pemahaman pertama adalah rekayasa pihak rumah sakit belaka. mereka mengatur sedemikian rupa agar teddy mengira dirinya sakit jiwa, bernama andrew laeddis, telah membunuh istrinya sendiri, dan menganggap dirinya sebagai US marshal. semuanya dimaksudkan untuk menjadikan teddy kelinci percobaan operasi otak. di akhir film, teddy berpura-pura mengakui bahwa dia adalah andrew laeddis, dan karena dia udah pasrah ga bakalan bisa keluar dari pulau itu, akhirnya dia menyerahkan diri untuk dioperasi, walaupun dia sadar bahwa dia ga gila.

AAAAHHH SAYA JADI MAKIN PENASARAN!

kaya’nya harus nonton ulang lagi deh! tapi mengingat XXI pasti sekarang udah full oleh para pengantri film sekuelnya manusia setrika (iron man 2) pasti hasrat nonton ulang shutter island udah ilang dari radius 2 km sebelum nyampe XXI :|

jadi tolonglah ... bantu saya memahami film ini. menurut kalian yang udah nonton film ini, pemahaman pertama atau kedua yang bener? atau jangan-jangan ada yang punya pemahaman ketiga, keempat, dan seterusnya? modar aja gue.

tapi terlepas dari itu semua, we must admit that the director is a GENIUS!

daaamn bisa-bisanya dia bikin film yang bikin kita semua berasa sakit jiwa beneran nontonnya, dan bisa menghasilkan beberapa pemahaman yang berbeda mengenai isi film tersebut. saya sebetulnya cukup yakin bahwa ga ada pemahaman yang benar dari dua pemahaman yang saya jabarkan di atas. klo saya mendapat kesempatan untuk bertanya langsung ke sang sutradara mengenai pemahaman mana yang benar, somehow saya yakin dia akan menjawab, “itu ditentukan oleh para penonton sendiri karena saya memang sengaja membuat film yang bisa menghasilkan berbagai pemahaman seperti yang baru anda saksikan. haa rasain lo! bingung bingung deh, mati penasaran gih sono.”

jawaban yang cerdas sekaligus menabuh genderang perang hahaha.

but seriously, menurut kalian pemahaman mana yang mendekati tepat?

4 comments:

revy prameshizta said...

saya sebagai anak psikologi awalnya juga ngga ngerti ma ni film. tp setelah dijelasin ma temen gw yg ank psiko juga (dan yg lbh pinter dr gw soal hal2 bginian) menjelaskan bahwa inti filmnya sesuai dugaan loe yaituuu

bang leo ngganteng pisan euy.
*minta ditimpuk*

no, seriously, pemahaman pertama loe bener, tapi klo menurut gw dan temen gw, in the end teddy itu masi ga sadar kalo dia itu sakit jiwa alias belom sembuh. jadi klo dia pengen keluar dr pulau itu, itu ya emang karena dia masi sakit jiwa, bukan karena dia sehat dan berpikir bahwa satu2nya jln keluar dr pulau adl dgn mati ato dioperasi.
begitu cyiin. ini dr sudut pandang saya yg anak psikologi loooh. tidak menolak diskusi, apalagi traktiran makan di arigato *lhoh*

ikhaikha said...

iyaaa... gw jg setuju sama penjelasannyaa ephhyyy... gw udah discuss sama temen gw anak itb dan gw spendapat sama versi yang ketiga ini..

Fu! said...

aku ikut pemahaman pertama, tapi terakhirnya bukan dia pura2 gila lagi biar mati aja, tapi emang dia itu kesadarannya muter gitu, jadi begitu udah mau sembuh terus gila lagi, terus sembuh lagi, terus gila lagi.

dewa ayu desy said...

akhirnya gw nonton jg film ini, walaupun telat,hee..
gw stuju pemahaman yg pertama, kalo si teddy itu terjebak dalam halusinasinya dan gw tress nonton film ini , pertma jln ceritanya yang awalnya rada ngebingungin, dan kedua karena subtitle fim download ini rada ngaco ...
yah ,, gw puas ama film , dan gw ga berminat bwt nonton kedua kalinya.